Pages

Sabtu, 27 Februari 2016

Delapan (Indahnya Ilmu)

Setelah meminum dua cangkir kopi bersama seseorang yang tak pernah lepas dari pandangan mataku, kembali aku menemukan pelajaran berharga. Rasanya diri ini belum bisa apa-apa. Dua puluh tahun yang belum banyak berarti kuhabiskan dengan banyak bermalas-malasan. Hidup ini terlalu nyaman bagiku bila dibandingkan dengan seseorang yang lagi-lagi membuatku terkagum.

Indahnya malam ditemani rintik hujan menemani pembicaraan kami tentang sebuah proyek pembangunan gedung. Jam menunjukkan pukul 20.00 kami masih setia dengan kertas-kertas yang bertebaran di atas meja. Percakapan saat itu didominasi olehnya. Aku hanya memperhatikan kelihaiannya dalam berbicara, tutur katanya yang lembut, dan maknanya yang  mendalam. Bila kuungkap dengan ekspresi mungkin mulut ini tak bisa bungkam. Rasanya aku kalah, tapi aku begitu bahagia bisa menjadi orang yang ia percaya.

Malam ini ia mengingatkanku pada perlunya kerja keras rasa bersyukur. Dengan kondisi yang seperti ini seharusnya aku lebih bisa memanfaatkan waktu pada hal yang berguna. Mencari ilmu sebanyak mungkin untuk bekalku membahagiakan kedua orangtuaku. Aku janji, suatu saat nanti akan ada hari dimana kebahagiaan yang dulu pernah ada kembali hadir.


0 komentar:

Posting Komentar