Pages

Senin, 27 Juni 2016

Untukmu Calon Imamku

Untukmu calon imamku,
Ku tulis kisah ini dimalam-malam 2 yang panjang
Bagai goresan getar hati dalam rindu yang tertahan
Untukmu seseorang yang akan menemaniku di masa depan
Kamu, siapa kamu?
Siapa namamu?
Dimana kamu berada?
Aku menantimu…
Bersama semua pengabdianku yang tertunda
Bersama segenap cinta yang tak akan sempurna
Bila engkau tak kunjung hadir dihadapanku
Untukmu calon imamku yang aku tidak tahu dimana engkau berada
Suatu saat bila engkau datang
Tolong cintai aku karena Alloh
Bimbinglah aku
Jadilah imam dalam shalatku
Izinkan bakti dan taatku menyatu bersama senyum diwajah teduhmu
Izinkan cinta dan rinduku terpatri kuat di dalam hati dan pikiranmu
Untukmu calon imamku yang entah sedang apa
Ketahuilah aku ini adalah orang asing untukmu
nanti terangkanlah apa2 yang tidak ku mengerti darimu
Terangkanlah apa2 yang tidak engkau sukai
Agar aku bisa mengenalmu secara utuh
Untukmu calon imamku
Yang sedang memantasakan dirinya di hadapan Allah
Ketauhilah bahwa aku pun disini
Selalu menantimu dalam taat
Menanti untuk menjadi belahan jiwamu
Menanti untuk menjadi penyejuk hatimu

Kau yang tertulis di lauhul mahfuz
Kau adalah rahasia terbesarku
Kehadiranmu menyempurnakan hidupku
Kau yang kusebut didalam doaku
Kau yang menjadi imam di hidupku
Kehadiranmu menyempurnakan imanku
Kumenunggu dalam
Kuikhlaskan semua harapanku
Bersamamu di masa depanku
Membangun cinta, membangun syurga
Menggapai ridhonya

Dan aku menanti menjadi bidadari untukmu
Sampai bertemu pada suatu masa calon imamku…


Selasa, 26 April 2016

Dear Iwan,
Aku bukanlah seorang yang pandai merangkai kata dalam ucap
Aku bukan seorang yang pandai merayu dalam kesedihanmu
Aku bukanlah seorang yang cerdas yang bisa membawamu setuju akan semua langkah yang aku putuskan
Aku selalu mengulangi setiap kesalahan yang aku buat
Yang terkadang membuatmu kesal dan marah
Aku bukan dia yang sempurna
Aku jauh dari kata itu, dan kamu pun begitu
Aku bisa menghargai setiap kekurangan yang kamu punya
Aku berusaha membuatmu spesial tanpa hina
Aku berusaha peduli dan ingin ada disampingmu
Aku ingin bisa mengerti segala kondisi yang kamu alami
Aku ingin menjadi dewasa
Untukmu
Karena rasa ini memang hanya satu..




Sabtu, 27 Februari 2016

Delapan (Indahnya Ilmu)

Setelah meminum dua cangkir kopi bersama seseorang yang tak pernah lepas dari pandangan mataku, kembali aku menemukan pelajaran berharga. Rasanya diri ini belum bisa apa-apa. Dua puluh tahun yang belum banyak berarti kuhabiskan dengan banyak bermalas-malasan. Hidup ini terlalu nyaman bagiku bila dibandingkan dengan seseorang yang lagi-lagi membuatku terkagum.

Indahnya malam ditemani rintik hujan menemani pembicaraan kami tentang sebuah proyek pembangunan gedung. Jam menunjukkan pukul 20.00 kami masih setia dengan kertas-kertas yang bertebaran di atas meja. Percakapan saat itu didominasi olehnya. Aku hanya memperhatikan kelihaiannya dalam berbicara, tutur katanya yang lembut, dan maknanya yang  mendalam. Bila kuungkap dengan ekspresi mungkin mulut ini tak bisa bungkam. Rasanya aku kalah, tapi aku begitu bahagia bisa menjadi orang yang ia percaya.

Malam ini ia mengingatkanku pada perlunya kerja keras rasa bersyukur. Dengan kondisi yang seperti ini seharusnya aku lebih bisa memanfaatkan waktu pada hal yang berguna. Mencari ilmu sebanyak mungkin untuk bekalku membahagiakan kedua orangtuaku. Aku janji, suatu saat nanti akan ada hari dimana kebahagiaan yang dulu pernah ada kembali hadir.